IDENTIFIKASI ALDEHIDA DAN KETON
I. Tujuan
1.
Mempelajari
dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan
gugus fungsi.
2.
Memberi
pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton.
II.
Dasar Teori
Aldehid
adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada
sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan
mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat
ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah
atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan
aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam,
dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan
aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Keton adalah suatu senyawa organik yang memiliki atom
karbon yang mengikat gugus karbonil dan dua gugus hidrokarbon. Keton biasanya
kurang reaktif dibandingkan dengan aldehid. (Raymond Chang, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan
keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat
terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton
adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif
kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada
bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
A.
Iodoform
Iodoform merupakan salah satu haloform
yang terbentuk kristal berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara
umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton / metil aldehida atau dari
senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut. Senyawa
keton akan menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine
dalam larutan NaOH.
Endapan yang dihasilkan adalah endapan CHI3 yang berwarna kuning.
B. Tes Benedict
Tes
benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida alifatik, misalnya
benzaldehid, dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict,
pereaksi Benedict adalah kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa. Ion
Cu(II) direduksi menjadi Cu2O. Cu2O ini yang mengakibatkan
adanya endapan merah bata.
III. Alat dan Bahan
A. Tes Iodoform.
Alat :
1.
Gelas Beaker.
2.
Batang Pengaduk.
3.
Kertas Saring.
4.
Penanggas Air.
5.
Timbangan Analitik.
Bahan :
1.
KI
2.
NaOCl
3.
Aseton
4.
Alkohol
B. Tes Benedict.
Alat
:
1.
Pipet Tetes.
2.
Tabung Reaksi.
3.
Gelas Beaker.
4.
Penanggas Air.
Bahan :
1.
Formaldehida.
2.
Aseton.
3.
Benzaldehida.
4.
Pereaksi Benedict
IV. Cara Kerja
A.
Tes Iodoform.
A. Tes Benedict.
V.
Hasil Pengamatan
A. Tes Iodoform.
Berat kertas
saring : 1,45 gram.
Berat kertas
saring + kristal :
1,67 gram.
Berat kristal
yang dihasilkan :
0,22 gram.
B.Tes Benedict.
VI. Pembahasan
Percobaan kali,
praktikan mengidentifikasi senyawa aldehida dan keton. Keduanya merupakan
senyawa organik yang memiliki gugus karbonil. Pengidentifiakasian kedua senyawa
ini dilakukan dengan dua pengujian. Pengujian yang pertama adalah Tes Iodoform
dan yang kedua adalah tes benedict.
Percobaan pertama,
yaitu menguji aseton dengan tes iodoform, menghasilkan endapan berupa CHI3.
Penambahan KI ke dalam aseton dan dengan beberapa tetes NaOCl sebagai basanya
menghasilkan endapan kuning CHI3 yang membuktikan bahwa aseton dapat
membentuk Iodoform. Gugus metil pada aseton bereaksi dengan KI membentuk CHI3.
Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kegagalan diantaranya penambahan NaOCl yang terlalu sedikit dan berlebih. Penambahan NaOCl harus tepat
karena jika terlalu sedikit, kristal atau endapan yang terbentuk terlalu
sedikit, atau jika terlalau banyak, endapan akan larut di dalam NaOCl.
Rekristalisasi dilakukan
pada pengujian ini dengan tujuan memurnikan zat padat dimana dalam keadaan
panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam keadaan dingin atau pada
suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi. Hasil dari rekristalisasi ini di
dapat berat kristal iodoform sebesar 0,22 gram.
Percobaan berikutnya
adalah tes benedict. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi yang
terjadi antara pereaksi benedict dengan aldehid dan keton. Larutan yang akan di
uji adalah aseton mewakili senyawa keton dan formaldehid mewakili senyawa aldehida.
Kedua
senyawa ini ditempatkan pada tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing tabung
reaksi ditambahkan 2 ml larutan benedict. Setelah direaksikan diamati perubahan
yang terjadi. Berdasarkan hasil pengamatan, keduanya tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Seharusnya pada senyawa formaldehid, terbentuk endapan merah
yang berasal dari Cu2O. Hal ini dapat dikarenakan formaldehid yang digunakan
tidak fresh atau terdapat kesalahan lain pada saat praktikum. Senyawa aseton
tidak membentuk endapan merah karena aseton tidak dapat bereaksi dengan
benedict.
VII.
Kesimpulan
1.
Formaldehid
(aldehida) bereaksi dengan reagen Benedict membentuk endapan merah bata CuO.
2.
Aseton
tidak bereaksi dengan benedict.
3.
Berat
kristal iodoform yang diperoleh sebesar 0,22 gram.
VIII.
Daftar Pustaka
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid 1. Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah.
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid 1. Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah.