kimia organik

Rabu, 02 Januari 2013


IDENTIFIKASI ALDEHIDA DAN KETON



I. Tujuan
1.      Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus  fungsi.
2.      Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton.

II. Dasar Teori

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Keton adalah suatu senyawa organik yang memiliki atom karbon yang mengikat gugus karbonil dan dua gugus hidrokarbon. Keton biasanya kurang reaktif dibandingkan dengan aldehid. (Raymond Chang, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
  
A.        Iodoform
Iodoform merupakan salah satu haloform yang terbentuk kristal berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton / metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut. Senyawa keton akan menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.  



Endapan yang dihasilkan adalah endapan CHI3 yang berwarna kuning.
  
      B.    Tes Benedict
Tes benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida alifatik, misalnya benzaldehid, dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict, pereaksi Benedict adalah kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa. Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O. Cu2O ini yang mengakibatkan adanya endapan merah bata.

III. Alat dan Bahan
        A.          Tes Iodoform.
               Alat :  
1.    Gelas Beaker.
2.    Batang Pengaduk.
3.    Kertas Saring.
4.    Penanggas Air.
5.    Timbangan Analitik.
Bahan :
1.    KI
2.    NaOCl
3.    Aseton
4.    Alkohol 

        B.          Tes Benedict.
                Alat :
1.    Pipet Tetes.
2.    Tabung Reaksi.
3.    Gelas Beaker.
4.    Penanggas Air.
Bahan :
1.    Formaldehida.
2.    Aseton.
3.    Benzaldehida.
4.    Pereaksi Benedict
IV. Cara Kerja
A.                              Tes Iodoform.









A.    Tes Benedict.
  


V. Hasil Pengamatan
      A. Tes Iodoform.
            Berat kertas saring                  : 1,45 gram.
Berat kertas saring + kristal    : 1,67 gram.
Berat kristal yang dihasilkan   : 0,22 gram.

  
B.Tes Benedict.

  

VI. Pembahasan
Percobaan kali, praktikan mengidentifikasi senyawa aldehida dan keton. Keduanya merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil. Pengidentifiakasian kedua senyawa ini dilakukan dengan dua pengujian. Pengujian yang pertama adalah Tes Iodoform dan yang kedua adalah tes benedict.
Percobaan pertama, yaitu menguji aseton dengan tes iodoform, menghasilkan endapan berupa CHI3. Penambahan KI ke dalam aseton dan dengan beberapa tetes NaOCl sebagai basanya menghasilkan endapan kuning CHI3 yang membuktikan bahwa aseton dapat membentuk Iodoform. Gugus metil pada aseton bereaksi dengan KI membentuk CHI3.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :




Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan diantaranya penambahan NaOCl yang terlalu sedikit dan berlebih. Penambahan NaOCl harus tepat karena jika terlalu sedikit, kristal atau endapan yang terbentuk terlalu sedikit, atau jika terlalau banyak, endapan akan larut di dalam NaOCl.
Rekristalisasi dilakukan pada pengujian ini dengan tujuan memurnikan zat padat dimana dalam keadaan panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam keadaan dingin atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi. Hasil dari rekristalisasi ini di dapat berat kristal iodoform sebesar 0,22 gram.
Percobaan berikutnya adalah tes benedict. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi yang terjadi antara pereaksi benedict dengan aldehid dan keton. Larutan yang akan di uji adalah aseton mewakili senyawa keton dan formaldehid mewakili senyawa aldehida.
Kedua senyawa ini ditempatkan pada tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 ml larutan benedict. Setelah direaksikan diamati perubahan yang terjadi. Berdasarkan hasil pengamatan, keduanya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Seharusnya pada senyawa formaldehid, terbentuk endapan merah yang berasal dari Cu2O. Hal ini dapat dikarenakan formaldehid yang digunakan tidak fresh atau terdapat kesalahan lain pada saat praktikum. Senyawa aseton tidak membentuk endapan merah karena aseton tidak dapat bereaksi dengan benedict.



VII. Kesimpulan                                                   
1.      Formaldehid (aldehida) bereaksi dengan reagen Benedict membentuk endapan merah bata CuO.
2.      Aseton tidak bereaksi dengan benedict.
3.      Berat kristal iodoform yang diperoleh sebesar 0,22 gram.

VIII. Daftar Pustaka
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid 1. Terjemahan Aloysius Hadyana
                     Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah.